Basa-basinya garing ya? hehehe, harap dimaklumi yah, karena admin lagi agak ngantuk, semalam abis begadang di tempat Teteh Yuli yang kemarin baru nyunatin anaknya. Berhubung banyaknya inbok yang masuk menanyakan tentang Pengertian Epistemologi maka dengan sangat senang hati admin akan membahasanya. Nah, sambil seruput kopi, yuk simak ulasan lengkapnya dibawah ini.
Pembabaran Lengkap Pengertian Epistemologi
Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Epistemologi? Mungkin anda pernah mendengar kata Epistemologi? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, sumber, aliran, landasan, perbandingan dan pengujian. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani Episteme dan Logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan Logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Secara etimologi Epistemologi dapat diartikan, teori pengetahuan yang benar, dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi Theory of Knowledge. Epistemologi (ma’rifah) dalam bahasa Arab mempunyai banyak penggunaan, tetapi lazimnya berarti pengetahuan (knowledge), kesadaran (awareness), dan informasi. Adakalanya digunakan dalam arti pencerahan khusus (idrak juz’i/ particular perception), kadang-kadang juga dipakai dalam arti ilmu yang sesuai dengan kenyataan dan melahirkan kepastian dan keyakinan. Pengetahuan yang menjadi pokok bahasan epistemologi boleh jadi mempunyai salah satu pengertian tersebut atau pengertian lainnya. Pembahasan mengenai epistemologis tidak terbatas pada satu jenis pengetahuan. Konsep pengetahuan merupakan salah satu konsep paling jelas dan nyata (badihi/ self-evident).
Epistemologis dapat didefinisikan sebagai “bidang ilmu yang membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran kebenaran. Teori epistemologi bertalian erat dengan persoalan idea. Menurut Plato pengetahuan (ma’rifah) tidak lain adalah pengingatan kembali, artinya apabila pancaindera kita berhadapan dengan sesuatu, maka teringatlah kita akan contoh-contohya (mutsul), dan muncullah kembali pengetahuan yang kita peroleh sewaktu kita masih hidup dalam suatu alam, dimana kita dapat melihat ide yang azali dengan jalan pengabstrakan terhadap gambaran-gambaran dari wujud-wujud inderawi. Dan karena epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan Tentang “bagaimana kita mendapatkan pengetahuan?” sehingga untuk memperoleh jawabannya, kita harus terlebih dahulu mengetahui sumber pengetahuannya dan tentang terjadinya pengetahuan maupun asal mulanya pengetahuan. Dan harus menggunakan metode ilmiah sehingga pengetahuan itu dapat dipastikan kebenarannya.
Sumber-sumber Epitemologi
Teori pengetahuan tidak dapat menghindarkan pembahasan tentang sumber-sumber pengetahuan tempat bahan-bahannya diperoleh. Sumber-sumber itu menurut filosof, tidak lain adalah indra, akal dan hati. Ada juga yang berpendapat bahwa sumber-sumber epistemologi itu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Alam Adalah Sumber Epistemologi
Salah satu sumber epistemologi adalah alam semesta ini. Yang dimaksud dengan alam, adalah alam materi, alam ruang dan waktu, alam gerakan, alam yang sekarang kita tengah hidup didalamnya, dan kita memiliki hubungan dengan alam ini dengan menggunakan berbagai alat indera kita. sedikit sekali fakultas yang menolak alam sebagai sumber epistemologi, tetapi baik pada masa dahulu dan juga pada masa sekarang ini ada beberapa ilmuan yang tidak mengakui alam sebagai suatu sumber epistemologi. Plato tidak mengakui alam sebagai suatu sumber epistemologi, karena hubungan manusia dengan alam adalah dengan perantaraan alat indera, dan sifatnya partikular (juz’i), karena ia meyakini bahwa partikular bukanlah suatu hakikat. Pada dasarnya ia hanya meyakini rasio sebagai sumber epistemologi, dan dengan menggunakan suatu metode argumentasi, dimana Plato menamakan metode dan cara tersebut dengan “dialektika”.
2. Rasio Dan Hati
Rasio dana hati adalah Dua Sumber Lain Epistemologi Sumber yang lain yang masih perlu dibahas adalah masalah kekuatan rasio dan pikiran manusia. Setelah kita mengetahui bahwa alam ini merupakan “sumber luar” bagi epistemologi, lalu apakah manusia juga memiliki “sumber dalam” bagi epistemologi ataukah tidak memiliki? Hal ini tentunya berkaitan erat dengan masalah rasio, berbagai perkara yang rasional, berbagai perkara yang sifatnya fitrah. Ada beberapa fakultas yang menyatakan bahwa kita memiliki (“sumber dalam” itu), sementara sebagian yang lain menafikan keberadaannya. Ada sebagian fakultas yang meyakini keterlepasan rasio dari indera, dan sebagian lain tidak mayakini keterlepasan rasio dari indera.
3. Sejarah Merupakan Sumber Lain Epistemologi
Sejarah adalah sumber lain epistemologi yang sekarang ini dianggap sebagai suatu sumber yang sangat penting. Al-Qur’an juga sangat mementingkan sumber ini. Karena menurut Al-Qur’an, selain alam, rasio dan hati, masih ada satu sumber lain yaitu, sejarah. Jika kita mengatakan bahwa alam adalah sumber epistemologi, maka di dalamnya juga berisi sejarah. Al-Qur’an secara jelas dan tegas menyatakan bahwa sejarah merupakan bahan kajian. Dengan demikian, maka sejarah itu merupakan salah satu sumber epistemologi. Seperti disebutkan dalam suatu ayat. Dalam salah satu ayat tersebut timbul pertanyaan, kenapa mereka tidak mengelilingi bumi? Yakni pergi dan perhatikanlah berbagai peninggalan sejarah, kemudian perhatikanlah perubahan sejarah yang terdapat dalam kehidupan dan sosial manusia. Inilah yang menurut pandangan Al-Qur’an dan berbagai riwayat bahwa sejarah itu sendiri merupakan sumber epistemologi.
4. Pengalaman Indra (Sense Experience)
Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya pengindraan adalah satu-satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di luar diri manusia. Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut realisme. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi, pengetahuan berawal dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas dalam kehidupan batin. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi). Yang demikian ini ditegaskan pula oleh Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan adalah Thomas Aquinas yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam akal yang ditangkap oleh indra.
5. Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini tentang asas-asas pemikiran, yaitu sebagai berikut:
- Principium Identitas yaitu sesuatu itu sama dengan dirinya sendiri (A=A). Asas ini biasa disebut asas kesamaan.
- Principium contradictioad yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain pada subjek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu. Asas ini biasa disebut asas pertentangan.
- Principium tertii exclusi yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mugkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu diantara kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas ini biasa disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
6. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai kewibawaan tertentu. Jadi, kesimpulannya adalah bahwa pengetahuan karena adanya otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan
7. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.
8. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
9. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan. Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik, kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya.
Aliran Filsafat dan Epistemologi Science Modern
Berikut ini adalah beberapa aliran filsafat epistemologi yaitu:
-
Empirisme
Secara radikal empirisme berpendirian bahwa sebenarnya kita hanya bisa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dengan menggunakan indra ilmiah. Thomas Hobbes, salah seorang penganut empirisme mengemukakan bahwa empiris (pengalaman) adalah awal dari segala pengetahuan. Karena itu semua diturunkan dari pengalaman. Tokoh empiris lain adalah John Locke. Ia terkenal dengan teori Tabula Rasanya. Menurut Locke, rasio manusia pada mulanya sebagai lembaran kertas putih (as white paper). Apa yang kemudian mengisinya, seluruhnya berasal dari pengalaman, baik pengalaman lahiriah (sensation) maupun pengalaman batiniah (reflection). George Barkeley adalah tokoh lain empiris yang mengemukakan teori immaterialisme atas dasar prinsip empirisisme. Menurutnya sama sekali tidak ada substansi yang bersifat material. Yang ada hanyalah ciri-ciri yang dapat diamati, atau dengan kata lain, yang ada hanyalah pengalaman dalam jiwa saja (being is being perceived). David Hume tidak menerima konsep mengenai substansi, sebab menurutnya, apa yang dialami manusia hanyalah kesan-kesan tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama
-
Rasionalisme
Penganut rasionalisme berpandangan bahwa ia dapat dicapai dengan menggunakan akal budi (intellect) sebagai sumber utama. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa pada dasarnya pengetahuan adalah suatu sistem dedukatif yang dapat dipahami secara rasioanal dengan ukuran kebenaran adalah konsistensi logis. Penganut rasionalisme meyakini bahwa metode rasional yang dedukatif, rasional, matematis dan inferensial dapat digunakan untuk mencapai pengetahuan.
-
Kritisisme
Kritisisme adalah suatu aliran filsafati, yang dalam epistemologi berupaya menunjukkan jalan untuk mencapai pengetahuan tanpa harus terjebak dalam ekstrimitas empirisme dan rasionalisme. Menurut Kant, memang benar bahwa kita punya pengalaman inderawi, tapi sama benarnya juga bahwa kita mempunyai pengetahuan yang menghubungkan hal-hal, yang untuk mencapainya, kita harus keluar menembus pengalaman. Bagi Kant, pengetahuan manusia pada dasarnya terjadi alas unsur-unsur aposteriori (sesudah pengalaman) dan apriori (mendahului pengalaman)
Landasan Al Quran dan Epistemologi Islami
Berikut ini adalah beberapa landasan epistemologi yaitu:
1. Pemikiran dedukatif
- Sumber ilmu satu-satunya hanya Allah. Karena pada hakikatnya hanya Dia yang mengetahui baik alam nyata maupun alam gaib, dan Dia Maha Pengasih dan Penyayang (Al Hasyr 22).
- Manusia tidak lahir dalam kedaan berpengetahuan, namun pada dirinya terkandung potensi internal berpengatuhan yang dikaruniakan Allah padanya (An Nahl 78).
- Allah Yang Maha Pengasih menciptakan manusia mengajarkannyaAl Quran, dan mengajarkannya Al Bayaan (penjelasan-penjelasan) (Ar Rahman 1-4).
- Manusia diperintahkanNya membaca dengan menjadikan petunjukNya sebagai petunjuk utama sebagai proses manusia diajarkan ilmu olehNya (Al’Alaq 3-5).
- Bayan atau kejelasan-kejelasan ayat-ayat Allah potensi diperoleh manusia apabila ia memanfaatkan potensi akalnya (Ali Imran 118).
- Yang memiliki potensi berakal adalah qalb (hati) demikian pula yang memiliki potensi mengindera secara non-fisik (Al Haj 46).
- Alam semesta dan diri manusia adalah ayat-ayat Allah yang padanya terkandung potensi pengetahuan yang perlu diperhatikan (Az Zariat 21).
- Alam semesta diperlihatkan oleh Allah kepada manusia hingga jelas bagi mereka kebenaran yang terkandung dalam Al Quran. Artinya ada hubungan antara kebenaran yang dinyatakan dalam Al Quran dengan kebenaran yang dinyatakan dalam alam semesta serta diri manusia (Fushshilat 53).
- Dalam rangka memperoleh pengetahuan, Allah mengakui keberadaan orang-orang yang telah memperoleh pengetahuan, yang pengetahuannya dapat dijadikan acuan untuk pengembangan lebih lanjut (Al Anbiya 7).
- Manusia diperintahkan agar membaca segala obyek bacaan dengan berlandaskan Isim RububiyahNya, sehingga setiap fenomena yang dibaca dapat dimaknai menurut hukum-hukum yang diturunkan dari sifat RububiyahNya itu (Al Alaq 1-3)
2. Epistemologi Qurani
Merujuk pada AL Quran untuk membangun suatu pandangan epistemologi adalah merupakan konsistensi pandangan filsafati mengenai sumber pengetahuan, yakni Allah adalah Sumber Pengetahuan. Al Quran adalah petunjuk dari Sumber Pengetahuan yang ditujukan pada manusia untuk berilmu. Allah dengan kemahapemurahanNya, mengajarkan pengetahuan kepada manusia dengan perantaraan qalam (Q.S Al Alaq 1-5). Secara epistemologis hal ini dapat dipahami bahwa manusia potensial memperoleh pengetahuan karena kepemurahan Allah. Al Quran mempertegas adanya fuad sebagai indra batiniah ini, misalnya melaui, ayat 11 Surah An Najm yang artinya “Tiadalah berdusta fuad (hati) terhadap apa yang dilihatnya.” Ayat tersebut menegaskan kebenaran penginderaan fuad Nabi Muhammad SAW ketika mengindera dengan cara “melihat” berbagai fenomenal dari realitas alam gaib, yaitu malaikat Jibril, Sidratul Muntaha dan Jannatul Ma’wa.
Perbandingan Epistemologi
Secara sangat jelas epistemologi science modern meletakkan pandangan bahwa pencapaian pengetahuan ilmiah semata-mata merupakan fungsi dari bekerjanya indera dan akal manusia. Hal ini ditunjukkan oleh filsafat rasionalisme dan empirisme secara sendiri-sendiri, maupun oleh kritisisme secara bersama-sama. Filsafat science modern hanya meletakkan pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan sains) secara sempit dalam wilayah keterjangkauan indera lahiriah dan/atau kemampuan rasional manusia. Pandangan epistemologi Islami sebenarnya juga meletakkan pandangan bahwa pengetahuan ilmiah dapat dicapai antara lain dengan indera dan akal. Akan tetapi penggunaan indera dan akal tidak ditetapkan secara mutlak berlaku untuk seluruh obyek pengetahuan, dan indera serta akal itu sendiri mempunyai pengertiannya yang berbeda secara mendasar dengan pandangan epistemologi science modern.
Pertama mengenai indera. Dalam hal ini epistemologi Islami meletakkan pandangan adanya dua kategori indra yaitu indera lahiriah dan indera batiniah (indera kalbu) atau fuad. Indera batiniah (fuad) inilah yang tidak dikenal dalam epistemologi science modern. Padahal dalam rangka berpengatahuan, peranan indera batiniah ini sangat jelas, yaitu untuk mempersepsi realitas non fisik. Selanjutnya mengenai akal. Filsafat science modern mengenai akal identik dengan otak pada manusia dengan keseluruhan fungsi sistem sarafnya. Apa yang dipahami science modern sebagai yang masuk akal atau rasional adalah hubungan-hubungan logis (dedukatif maupun induktif) yang kemudian dikembangkan pemahamannya. Dalam Konsep epistemologi Islami yang telah dikemukakan di atas, akal adalah sekedar sebuah benda secara terminologis yang sesungguhnya menunjuk pada qalb (hati).
Pengujian Kebenaran Ilmiah
Dalam dunia ilmu dikenal tiga pandangan mengenai pengujian kebenaran ilmiah sebagai berikut :
-
Teori Koresponden (Uji Persamaan dengan Fakta)
Menurut teori ini, suatu pernyataan pengetahuan (sepertinya yang dinyatakan dalam hipotesis) bisa diterima kebenarannya secara ilmiah apabila ia dapat dibuktikan bersesuaian kebenarannya dengan obyek empirik yang dinyatakannya.
-
Teori Koherensi (Uji Konsistensi)
Teori ini menyatakan suatu pernyataan pengetahuan dapat diterima kebenarannya secara ilmiah apabila pernyataan pengetahuan tersebut menunjukkan koheren dengan teori-teori ilmiah yang kebenarannya telah diterima sebelumnya.
-
Teori Pragmatik (Uji Kemanfaatan)
Teori ini menilai kebenaran suatu pernyataan pengetahuan secara ilmiah apabila pernyataan pengetahuan tersebut memang potensial digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan kehidupan secara berguna.
Demikian Penjelasan Materi Tentang Pengertian Epistemologi : Pengertian, Sumber, Aliran, Landasan, Perbandingan dan Pengujian Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.
The post Pengertian Epistemologi first appeared on PAKDOSEN.CO.ID.
ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Comments
Post a Comment