» Pengertian Vaksin - Visi Kedepan

Pengertian Vaksin - Ada yang bilang tak kenal maka tak sayang, untuk itu mari kita berkenalan dulu. Perkenalkan situs Visi Kedepan adalah sebuah situs yang membahas tentang banyak hal. Seperti contohnya yang akan kita bahas kali ini yaitu mengenai Pengertian Vaksin. Tentunya cukup menarik bukan? hehehe.

Basa-basinya garing ya? hehehe, harap dimaklumi yah, karena admin lagi agak ngantuk, semalam abis begadang di tempat Teteh Yuli yang kemarin baru nyunatin anaknya. Berhubung banyaknya inbok yang masuk menanyakan tentang Pengertian Vaksin maka dengan sangat senang hati admin akan membahasanya. Nah, sambil seruput kopi, yuk simak ulasan lengkapnya dibawah ini.

Pembabaran Lengkap Pengertian Vaksin

Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Vaksin? Mungkin anda pernah mendengar kata Vaksin? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, sejarah, klasifikasi, jenis, manfaat, proses, persyaratan dan efek samping. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.

Pengertian Vaksin

Pengertian vaksin

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut. Sedangkan menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia pasal 1, Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.


Sejarah Vaksin

Vaksin menerobos dunia modern pertama kali pada tahun 1796, ketika Edward Jenner, seorang  dokter dari Inggris, meneliti  seorang pekerja harian yang terkena penyakit cacar, dengan  diimunisasi dengan cacar sapi ringan.   Dia mengambil beberapa cairan dari luka penderita cacar sapi dan menggoreskan  di permukaan lengan anak berusia 8 tahun. Empat pulah delapan (48) hari kemudian Jenner memberi nama “vaksin” (bahasa latin dari Sapi). Terobosan baru lainnya datang pada akhir abad 19, ketika Louis Pasteur seorang ahli kimia dari Perancis, mengembangkan tehnik kimia untuk mengisolasi virus dan  melemahkannya,  yang efeknya dapat dipakai sebagai vaksin. Sebelum vaksinasi memancing kontroversi. Pasteur pertama kali mencatat, memasukkan vaksin rabies ke tubuh manusia  yang mendapat protes keras oleh ahli jiwa dan masyarakat. Upaya untuk menggalakkan imunisasi  di Inggris  yang menurun pada abad  tersebut  merupakan  kenyataan pahit akibat dari penentangan/protes terhadap imunisasi. Meskipun Inggris menghadapi  resiko serius  terhadap penyakit Tipus yang mewabah di medan perang Boer (Afrika Selatan).


Pada perubahan jaman ini,   peneliti lainnya telah mengembangkan vaksin yang tidak aktif untuk melawan Tipus, wabah Rabies dan Kolera. Pada pertengahan tahun 1920-an,  vaksin telah dikembangkan untuk melawan  Dipteri (penyakit yang sering menyebabakan kematian pada anak-anak) dan Pertusis. Dua tim ahli dipimpin oleh Jonas Salk and Albert Sabin mengembangkan vaksin Polio. Vaksin untuk mencegah Polio, digunakan untuk membunuh virus, dipatenkan pada tahun 1954 dan digunakan untuk kampanye imunisasi. Kurang dari enam tahun, kasus Polio menurun 90%. Tetapi vaksin Salk tidak melengkapi  imunisasi secara menyeluruh untuk semua jenis virus Polio. Pada tahun 1961, Sabin telah mengembangkan vaksin oral yang bekerja secara aktif (hidup)  berupa  virus yang telah dilemahkan, untuk menggantikan imunisasi dengan suntik jenis Salk di Amerika Serikat. Pada tahun 1960-an,  vaksin digunakan secara rutin dan tidak menyebabkan kontroversi  pada masyarakat dan paramedis, dan vaksin virus aktif (hidup) telah dikembangkan untuk Campak (1963), Rubella/ campak Jerman (1966) dan penyakit Gondong (1968). Bahaya Serangan DPT (Mary H. Cooper, 1995).


Pada awal tahun 1980-an,  wabah infeksi yang membunuh ratusan anak-anak tiap tahun telah  mencemaskan orang tua.  Sebagian kecil orang tua merasa anaknya menderita akibat vaksin yang  diberikan tidak aman bagi anak mereka terutama DPT.  Di antara mereka adalah anggota National Vaccine Information Center (NVIC) Pada tahun 1982. Fisher dan  para ibu menemukan   kelompok pembela yang tergabung dalam NVIC  dan  meyakinkan konggres untuk menyediakan vaksin DPT yang aman. Pada tahun 1991, Fisher mendokumentasikan perkembangan vaksin DPT dalam “A Shot in the Dark”  (menyerang dalam kegelapan),  dan menerangkan bagaimana lebih banyak racun pertusis  menyebabkan banyak masalah, dan mengapa  diamankan dan tidak dipasarkan secara luas di Amerika Serikat. Tidak tahu secara pasti mengapa pemerintah Amerika Serikat menarik vaksin  DPT dari pasaran pada tahun 1996 dan merekomendasikan dokter  menutup vaksin jenis DTaP. Hanya 6-7 persen dari vaksin pertusis  di Amerika Serikat masih  mengandung   DPT. Tetapi itu telah digunakan secara luas di masyarakat dunia ketiga (negara berkembang). Pada masa pemerintahan Clinton telah diijinkan untuk memperpanjang program vaksinasi untuk masyarakat miskin  dan merekomendasikan ijin baru untuk memperbaiki tingkat vaksinasi. Sejak tahun 1994, program vaksinasi telah dijalankan dalam pemerintahan untuk anak-anak miskin secara Cuma-Cuma.


Klasifikasi vaksin

Klasifikasi Vaksin

Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat makanan. Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang tidak sesuai untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen terhadap sapi, dilemahkan dengan menumbuhkannya pada kambing. Cara etenuasi lain adalah menumbuhkan virus mamalia pada telur atau menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam dilemahkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan memperpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan pembiak dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel biakan dari jenis hewan yang akan divaksinasi guna mengurangi efek samping akibat pemasukan jaringan asing.


Kelebihan vaksin hidup antara lain adalah kekebalan yang dihasilkan sama dengan kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami. Merangsang pembentukan antibodi yang lebih tahan lama dan juga memberi perlindungan pada pintu-pintu masuk antigen dan tidak perlu adjuvan. Kekurangan vaksin hidup, antara lain adalah adanya bahaya pembalikan menjadi lebih virulen selama multiplikasi antigen dalam tubuh ternak yang divaksin. Penyimpanan dan masa berlaku vaksin yang terbatas, dperlukan stabilisator dalam penyimpanan. Tingginya resiko tercemar dengan organisme yang tidak diinginkan. Kelebihan vaksin mati dibandingkan vaksin hidup antara lain adalah tidak menyebabkan penyakit akibat pembalikan virulensi dan mudah dalam penyimpanan. Kekurangan vaksin matiantara lain adalah perlu perhatian yang luar biasa pada saat pembuatan guna memastikan bahwa tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin. Kekebalan berlangsung singkat, sehingga harus ditingkatkan kembali dengan pengulangan vaksinasi yang mungkin menimbulkan reaksi-reaklsi hipersensitifitas. Pemberian secara parenteral memberikan perlindungan yang terbatas. Resistensi local pada pintu-pintu masuk alamiah/multiplikasi utama infeksi virus tidak terjadi. Memerlukan adjuvan untuk meningkatkan antigenisitas yang efektif.


Jenis-jenis Vaksin

Ada beberapa jenis vaksin yaitu vasin virus dan vaksin bakteri yaitu:

1. Vaksin virus

  • Vaksin rubella

Vaksin rubella mengandung virus yang di lemahkan atau di matikan, berasal dari virus dengan antigen tunggal yang di tumbhkan dalam biakan human diploid cell line.kepada wanita yang serinegatif perlu di perlukan imunisasi sebelum pubertas dengan virus yang dilemahkan. Hal tersebut di perlukan mengingat rubella dapat menimbulkan malformasi pada janin. Vaksin tidak boleh di berikan kepada wanita hamil, bila vaksin di berikan kepada wanita yang belum mengandung, dianjurkan untuk tidak hamil dahulu selama 2 bulan.


  • Vaksin influenza

Penyakit influenza disebabkan virus family ortomiksoviride, yang berdiri atas virus tipe A,B dan C berdasarkan hemaglutinin permukaan (H) dan antigen neuraminidase (N). virus A paling sering menimbulkan epidemic/pandemi dan virus B terkadang menimbulkan epidemic/pandemic regional. Virus C hanya menimbulkam infeksi sporadic yang ringan. Wabah terbesar disebabkan influenza A oleh karena antigennya yang dapat berubah. Wabah oleh influenza B tidak begitu berat oleh karena antigennya lebih stabil.


  • Vaksin campak

Vaksin campak adalah vaksin hidup yang di lemahkan dari galur virus dengan antigen tunggal yang di biarka dalam embrio ayam. MMR adalah vaksin yang di matikan dan di berikan dalam suntiakn tunggal, untuk pencegahan penyakit campak, mumps (gondong)dan rubella.


  • Vaksin poliomyelitis

Vaksin poliomyelitis di peroleh dalam 2 bentuk yaitu vaksin virus mati dan vaksin hidup (oral) sebagai berikut :

  • Vaksin virus mati (inactivated volio vaccine,salk)

Vaksin salk diproduksi dari virus yang di timbulkan dalam biakan (ginjal kera) yang kemudian diinaktifkan dengan formalin atau sinar ultraviolet. Vaksin tersebut memberikan imunitas terhadap paralisa atau penyakit sistemik, tetapi tidak terhadap infeksi intestinal oleh polio. Di berikan sebelum vaksin sabin di kembangkan .


  • Vaksin virus hidup (oral polio vaccine sabin)

Vaksin sabin dibuat dari virus yang juga di tumbuhkan dalam biakan (gijal kera, human diploid cell) yang di lemahkan dan memberikan proteksi terhadap infeksi intestinal dan penyakit paralisa


  • Vaksin hepatitis B

Vaksin hepatitis B terdiri atas partikel antigen permukaan hepatitis B yang diinaktifkan (HBsAg) dan diabsobsi dengan tawas, dimurnikan dari plasma manusia/karier hepatitis. Produksi vaksin hepatitis B dari jamur dengan teknik rekombinan, merupakan cara yang lebih mudah untuk memproduksi vaksin dalam jumlah besar dan aman di banding dengan yang di produksi dengan serum.


  • Vaksin hepatitis A

Vaksin hepatitis A terdiri atas virus di matikan yang cukup efektif, di berikan  kepada orang dengan resiko misalnya dalam perjalanan/mengunjungi  Negara dengan risiko.


  • Vaksin varisela

Vaksin varisela digunakan untuk mencegah varisela, merupakan vaksin yang dilemahkan, biasanya tidak di berikan kepada anak-anak sampai IgG asal ibu hilang (sekitar usia 15 bulan). Varisela yandi lemahkan diberikan kepada penderita dengan leukemia limfositik akut.


  • Vaksin retro

Vaksin virus retro dapat mencegah kemaian pada bayi akibat diare. Vaksin mengandung 4 tipe antigen virus yang berhubungan dengan penyakit pada manusia.


  • Vaksin rabies

Vaksin rabies diperoleh dalam 2 bentuk yaitu vaksin di matikan untuk manusia dan vaksin hidup yang di lemahkan pada hewan.


  • Vaksin papiloma

Vaksin menunjukan potensi pencegahan proporsi substansial kasus kanker serviks. Vaksinasi di anjurkan sebelum usia 20 tahun untuk mencegah kanker serviks dan di berikan 3 kali.


2. Vaksin bakteri

1. Vaksi DOMI

Program DOMI di kembangkan di berbagai Negara antara lain di Indonesian melalui transfer teknologi untuk memproduksi vaksin Vi dan vaksin kolera yang sekaligus dapat mengurangi beban sigelosis.


2. Vaksin bacillus calmette-guerin

Vaksin BCG adalah vaksin galur mikrobaterium bovis yang di lemahkan dan digunakan pada manusia terhadap pencegahan tuberculosis.


3. Vaksin subunit

Vaksin subunit adalah vaksin yang terdiri dari atas makromolekul spesifik asal pathogen yang di murnikan. Ada 3 bentuk umum vaksin yang di gunakan :

  1. Vaksin eksotoksin atau toksoid
  2. Vaksin polisakarida kapsel
  3. Vaksin antigen protein rekombinan

4. Vaksin konjugat

Keterbatsan vaksin polisakarida adalah ketidakmampuannya untuk mengaktifkan sel Th. Polisakarida yang merupakan lapisan dinding luar bakteri akan menghalangi respons imatur imun bayi dan anak untuk mengenal antigen. Salah satu cara untuk melibatkan sel Th secara direk adalah mengkonjugasikan antigen polisakarida dengan protein pembawa.


Manfaat Vaksin

Berikut ini adalah beberapa manfaat vaksin yaitu:

  • Dapat Menyelamatkan Hidup Anak-anak

Dengan adanya kemajuan di bidang ilmu kedokteran, dapat memberikan dampak yang positif bagi anak-anak kita, dimana mereka dapat terlindung dari berbagai jenis penyakityang bisa menyerang mereka kapan saja. Kita tahu bahwa usia kana-kanak merupakan usia yang rentan terhadap serangan berbagai macam penyakit, karena diusia tersebut mereka belum memiliki sistem kekebalan tubuh sekuat orang-orang dewasa. Namun dengan kemajuan ilmu di bidang kedokteran tersebut, beberapa penyakit yang dapat membuat mereka cidera atau bahkan dapat mengakibatkan kematian pada usia anak-anak dapat dikurangi prosentasenya, yaitu dengan jalan memberikan mereka vaksin yang bekerja dengan aman dan efektif di dalam tubuh.  Salah satu contoh kasus yang pernah terjadi adalah wabah polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian ya bagi penderita di tiap harinya. Kasus tersebut terjadi hampir diseluruh negara-negara di dunia ini. Dengan pemberian vaksin polio, laporan tentang akibat penyakit tersebut menurun dengan drastis.


  • Vaksin Sangat Aman dan Juga Efektif

Pemberian vaksin pada anak-anak akan dapat menimbulkan ketidaknyaman bagi mereka, seperti dengan timbulnya rasa nyeri baik itu di bagian yang terkena suntikan vaksin maupun anggota tubuh yang lain, serta juga dapat menimbulkan ruam pada kulit yang terkena suntikan. Namun tentu saja hal itu hanya berlangsung untuk sementara waktu saja. Kasus timbulnya alergi pasca pemberian vaksin sangat jarang terjadi.  Hal tersebut tentu saja tak sebanding dengan apabila mereka merasakan sakit akibat serangan suatu penyakit berbahaya dan mematikan.  Manfaat pencegahan dengan mendapatkan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin dirasakan oleh anak-anak tersebut.


  • Vaksin Dapat Membantu Mencegah Penularan Suatu Penyakit pada Orang Lain.

Beberapa tahun yang lalu banyak sekali kita dengar mengenai kasus kematian pada bayi dan anak-anak yang diakibatkan  oleh serangan penyakit campak maupun pertusis (batuk rejan). Hal tersebut kebanyakan terjadi pada bayi maupun anak-anak yang belum sempat mendapatkan vaksin. Hal tersebut mungkin saja dikarenakan oleh beberapa kondisi seperti terjadinya alergi yang cukup parah, sistem kekebalan tubuh yang lemah, karena kondisi kesehatan seperti leukemia, maupun karena adanya alasan lain. Untuk itu, bagi bayi maupun anak-anak yang berpotensi untuk mendapatkan vaksin, sebaiknya mereka mendapatkan vaksinasi, yaitu melalui  prosedur imunisasi lengkap. Hal ini tidak hanya melindungi mereka, tetapi juga dapat membantu mencegah penyebaran penyakit pada mereka sendiri maupun pada orang lain.


  • Dapat Menghemat Waktu dan Biaya

Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan pemberian vaksin dapat membantu anak-anak terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan cacat yang berkepanjangan, dimana hal tersebut tentu saja akan merugikan baik dari segi waktu maupun dari segi materi hanya untuk melakukan tindakan perawatan dan pengobatan yang bisa terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Dengan memberikan vaksin pencehan penyakit sejak dini pada anak-anak, merupakan suatu investasi yang menguntungkan bagi kita, dimana  pemborosan terhadap waktu dan materi dapat lebih diminimalkan. Pemberian vaksin merupakan suatu program pemerintah, dimana hal tersebut bisa didapatkan dengan gratis tanpa biaya apapun. Selain itu dampak yang bisa dirasakan adalah anak-anak dapat terhindar dari seangan berbagai penyakit berbahaya nantinya.


  • Dapat Melindungi Generasi Berikutnya.

Dengan pemberian vaksin telah terbukti dapat menurunkan resiko terhadap berbagai jenis penyakit yang dapat berdampak pada kematian maupun cacat yang berkepanjangan bagi anak-anak generasi masa depan. Beberapa contoh diantaranya adalah pemberian vaksinasi cacar pada usia anak-anak dapat membantu menyelamatkan mereka dari serangan cacar di masa depan. Contoh lainnya adalah pemberian vaksin campak, dapat membantu menurunkan resiko penularan virus tersebut dari seorang wanita hamil kepada janin yang dikandungnya maupun bagi bayi yang baru lahir  secara drastis. Untuk itu sangat penting bagi bayi atau anak-anak untuk dapat segera mendapatkan vaksinasi  secara lengkap dan benar guna pencegahan terserangnya berbagai jenis penyakit berbahaya di masa depan.


Proses Pembuatan Vaksin

Berikut ini adalah beberapa proses pembuatan vaksin yaitu:

1. Tahap produksi vaksin

Cara produksi vaksin bukanlah seperti cara membuat obat racikan, namun proses pembuatannya sangat rumit sehingga untuk 1 jenis vaksin baru, dibutuhkan pembuatan hingga pengujian selama 10 – 20 tahun. Produksi vaksin memiliki beberapa tahap. Proses pembuatan vaksin memiliki langkah-langkah berikut:

  • Menghasilkan antigen dari Kuman

Produksi awal melibatkan pembentukan antigen dari mikroba. Untuk ini virus atau mikroba tumbuh baik pada sel-sel dasar seperti telur ayam (misalnya vaksin influenza). Antigen juga bisa merupakan racun atau toxoid dari organisme (misalnya difteri atau tetanus) atau mungkin berupa bagian potongan tubuh kuman. Selain itu antigen juga bisa jad berupa protein atau bagian dari organisme yang dibiakkan dengan media jamur, bakteri lain atau sel budidaya. Bakteri atau virus dibuat lemah dengan menggunakan bahan kimia atau panas untuk membuat vaksin (misalnya vaksin polio).


  • Isolasi antigen

Isolasi bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan dari hasil kultur. Pemurnian / pencucian bertujuan untuk mempertahankan komponen yang diinginkan secara selektif sesuai dengan spesifikasi tertinggi, sekaligus secara selektif membuang komponen yang tidak diperlukan. Umumnya purifikasi ini dilakukan setelah proses fermentasi. Beberapa metode yang digunakan pada purifikasiadalah sentrifugasi, kromatografi dan filtrasi. Filtrasi dilakukan dengan memberikan tekanan tertentu agar larutan yang ingin dimurnikan masuk melalui membran penyaringan, “dicuci” hingga jutaan kali (seperti pada beberapa vaksin yang bersinggungan dengan enzim tripsin babi), sehingga pada akhirnya yang tersisa hanyalah komponen yang diinginkan.


  • Penambahan Bahan Dasar Vaksin

Setelah antigen dibentuk, vaksin diformulasikan dengan menambahkan ajuvan, stabilisator dan pengawet :

  1. Adjuvan : berfungsi untuk memperkuat respons imun
  2. Stabilizer : berfungsi untuk menstabilkan vaksin, misalnya dalam suhu ekstrim
  3. Aditif/ Preservatif / Pengawet : berfungsi sebagai antimikroba, khususnya pada vaksin kemasan multidosis.

Adalah hal yang sulit untuk membuat vaksin vaksin kombinasi karena kemungkinan tidak kompatibel dan interaksi antara antigen dan bahan-bahan lain dari vaksin, oleh karena itu harga vaksin kombinasi lebih mahal daripada harga vaksin tunggal.


Persyaratan-persyaratan Produksi Vaksin

Setiap tahap dari produksi vaksin wajib mengikuti kaidah GMP (Good Manufacturing Practice) dan diawasi ketat oleh lembaga yang berwenang. WHO (Badan Kesehatan Dunia) telah mengeluarkan peraturan ini sehingga vaksin yang diproduksi oleh perusahaan manapun di setiap belahan negar akan memiliki kualitas yang sama. Produk perlu dilindungi dari udara, air dan kontaminasi manusia. Lingkungan perlu dilindungi dari tumpahan antigen. Proses kendali mutu vaksin dilakukan dengan sangat ketat, konsisten dan berkala. Secara acak dipilih vaksin yang akan diperiksa kualitasnya. Indikator yang diperiksa adalah sterilitas, stabilitas kimiawi, keamanan/ toksisitas, virulensi, bahkan hingga pengaruhnya kepada lingkungan sekitar. Salah satu hal penting lainnya adalah pelaksanaan uji lot / batch release. Pada setiap rangkaian produk vaksin dalam suatu waktu tertentu, dilakukan penandaan berupa kode tertentu misalnya lot/ batch number untuk memastikan konsistensi kemurniaan, potensi dan keamanan vaksin yang diproduksi pada waktu berlainan tetaplah sama dan tidak terjadi penyimpangan.


Efek Samping Vaksin

Umumnya efek samping imunisasi tergolong ringan, misalnya:

  • Nyeri atau bekas berwarna kemerahan di bagian yang disuntik
  • Demam
  • Mual
  • Pusing
  • Hilang nafsu makan
  • Untuk efek samping yang tergolong parah (misalnya kejang dan reaksi alergi), jarang sekali terjadi.

Demikian Penjelasan Materi Tentang Pengertian Vaksin : Pengertian, Sejarah, Klasifikasi, Jenis, Manfaat, Proses, Persyaratan dan Efek Samping  Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.

The post Pengertian Vaksin first appeared on PAKDOSEN.CO.ID.

ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Memuat...

Kami cukupkan dulu pembahasan tentang » Pengertian Vaksin - Visi Kedepan. Semoga saja uraian diatas bisa memberikan manfaat untuk kita semua. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih karena sudah berkunjung ke situs Visi Kedepan dan membaca ulasan kami hingga selesai. Kami juga menerima kritik dan saran dari Sobat pembaca semuanya. Silahkan sampaikan di kolom komentar dibawah arikel ini. Sampai ketemu di postingan selanjutnya.

Comments